Sabtu, 31 Mei 2014

Untitled

Jatuh cinta itu persis kau naik gunung, tiba2 terjerambab ke dalam jurang dalam, meluncurnya mudah, tapi susah payah merangkak naik kembali.
Jatuh cinta itu persis seperti komputer atau HP kau tiba2 terkena virus, kena-nya gampang, tapi memperbaiki, servis datanya susah kali–bahkan tetap tidak bisa diperbaiki hingga kapan pun.
Jatuh cinta itu sama dengan kau naik mobil cepat, kau gas kencang, jalan landai, tiba2 rem-nya blong. Mobil kau melaju tak terkira, susah payah menghentikannya. Bahkan harus menabrak sana-sini, kau patah hati.
Maka, pahamilah resikonya

Rasa sakit di hati itu hanya ibarat kabut di pagi hari. Tunggulah matahari tiba, maka dia akan hilang bersama siraman lembut cahayanya.
Rasa sakit di hati itu hanyalah ibarat kabut pagi.
Tidak pernah mengubah hakikat indahnya pagi. Bahkan bagi yang senantiasa bersyukur, dia akan menari (meski sambil menangis) di tengah kabut. Dan itu sungguh tarian indah. Tarian penerimaan.
*Tere Liye

Kamis, 10 April 2014

Untuk Calon Imamku

UNTUK CALON IMAMKU

Dengarlah pinta sederhanaku ini : Aku hanya ingin..
Menjadi ibu dari anak-anakmu..
Menjadi juru masak dari laparmu..
Menjadi penghibur dikala lelahmu..
Menjadi teman dari sepimu..
Menjadi pendengar dari keluh kesahmu, Menjadi tangis dalam sedihmu,
Menjadi tawa dalam bahagiamu,
Menjadi penopang dalam rapuhmu,
Menjadi penyejuk dalam marahmu..,
Menjadi makmum dalam sholatmu..
Menjadi pengamin dalam doamu..
Menjadi maaf dalam khilafmu..

Maka..
Jagalah aku dengan Syahadatmu..
Lindungi aku dengan Sholatmu..
Belailah aku dengan Shaummu..
Pimpinlah aku dengan Imanmu..
Menuju Ridha-Nya Allah...

Semoga cinta kita segera bersatu dalam sunnah Rasulullah..
Yang penuh keberkahan dan keindahan yaitu
PERNIKAHAN…

SUBHANALLAH...
IN SYA ALLAH..

Jumat, 27 Desember 2013

Allah's Way

Semua resah hati manusiaku
Untuk membagi kisah atas nama cinta
Derai air mata di setiap sujudku
Seperti tak pernah cukup untuk menjagamu
Jangan butakan hati menjadi cinta yang semu

Ku hembuskan ayat-ayat cinta untukmu
Di sela doa dalam malam-malam yang sunyi
Ampun yang aku pinta dalam semua keraguan yang telah meliputi jiwaku
Semoga akan membawa cintamu
Pada diriku dalam jalan dan ridho-Nya
Jangan butakan hati menjadi cinta yang semu
Ku hembuskan ayat-ayat cinta untukmu
Di tengah terik matahari dan dinginnya malam
Ku panjatkan ayat-ayat cinta pada-Nya
Melindungi dan menjaga kisah cinta kita

Sabtu, 21 Desember 2013

Ke-PGRI-an




PBI 5D




Makalah Untuk tugas diskusi
Matakuliah  Ke-PGRI-an
Pengampu oleh Drs. Nurhadji Nugraha, S.Pd, M.M
Judul :

Prinsip – prinsip dan Paradigma Penyelenggaraan Pendidikan

Oleh  Kelompok 4

1.
Herlyn Istriana S
11.321.118
2.
Ihyana Ahlul Janah
11.321. 126
3.
Elen Octaviana
11.321.132
4.
Nofia Rahmayani
11.321.138
5.
Isa Rotul Khoiriyah
11.321.139
6.
Meta Handayani
11.321. 145

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS PENDIDIKAN  BAHASA DAN SENI
IKIP PGRI MADIUN
2013





 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena, atas rahmat dan karunia-Nya makalah yang membahas tentang pengembangan budaya calistung dalam penyelenggaraan penedidikan untuk semua di Indonesia telah dapat terselesaikan sesuai rencana. Makalah ini dapat terselesaikan bukan semata-mata karena kerja keras penulis saja ,akan tetapi juga karena bimbingan bapak Drs. Nurhadji Nugraha, S.pd, M.M kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Drs. Nurhadji Nugraha, S.pd, M.M. selaku dosen pembimbing kami dalam mata kuliah ke-PGRI-an yang telah memberi banyak masukan dan dukungan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai rencana.

Tujuan pembuatan makalah ke-PGRI-an yang membahas tentang  pengembangan budaya calistung dalam penyelenggaraan penedidikan untuk semua di Indonesia ini adalah untuk menambah wawasan bagi para pembaca khususnya mahasiswa tentang bagaimana gambaran, pengertian, serta fungsi tentang  pengembangan budaya calistung dalam penyelenggaraan penedidikan untuk semua di Indonesia dalam dunia pendidikan serta mengetahui implementasi nyata dari pendidikan untuk semua  itu sendiri.

Madiun,  1   Desember  2013

         Penyusun













  
DAFTAR ISI
Halaman Judul                                                                                                                        i
Kata Pengantar                                                                                                                       ii
Daftar Isi                                                                                                                                 iii
BAB I  Pendahuluan                                                                                                              1
 Latar Belakang                                                                                                           1
Tujuan Penulisan                                                                                                                1
BAB II  Rumusan Masalah                                                                                                             3
BAB III Pembahasan                                                                                                                     4
A.    Pendidikan untuk semua                                                                                          4
1.      Pengertian pendidikan untuk semua                                                             6
2.      Fungsi pendidikan untuk semua
3.      Unsur – unsur yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan
 untuk semua                                                                                                8
4.      Pelaksanaan pendidikan untuk semua                                                            9
B.     Budaya CALISTUNG
1.      Pengertian budaya CALISTUNG                                                                 11
2.      Tujuan dilenggarakan budaya CALISTUNG                                                 13
3.      Pelaku CALISTUNG                                                                                   14
4.      Faktor yang mempengaruhi CALISTUNG                                                    15
C.     Pengembangan Budaya CALISTUNG Dalam Penyelenggaraan                                 16
Pendidikan Untuk semua
BAB IV Penutup                                                                                                                               18
              Kesimpulan                                                                                                                          18
              Saran                                                                                                                                   18
DAFTAR PUSTAKA                                                                                                                        19




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Guru sebagai figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Masyarakat yakin bahwa figur gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia, gguru mempunyai tanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan anak didik. Maka dari itu orang tua sadar bahwa pendidikan merupakan salah satu aspek yang berperan sangat penting dalam meningkatkan kualitas hidup seseorang. Pada dasarnya pendidikan berfungsi untuk mendewasakan, mengubah pola hidup serta meningkatkan kualitas seseorang menjadi lebih baik. Kesadaran akan pentingnya pendidikan saat ini telah mampu menarik perhatian sebagian masyarakat Indonesia bahkan hampir seluruh lapisan masyarakat telah menyadari akan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang. 
Kesadaran akan pentingnya pendidikan untuk semua yang telah banyak dicerminkan melalui berbagai tindakan yang dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat dari pemerintah pusat hingga warga masyarakat biasa untuk mewujudkan terciptanya pendidikan yang layak bagi setiap peserta didik, meskipun pada kenyataannya pendidikan bukanlah suatu perwujudan sebuah usaha yang sederhana dan mudah. Pendidikan adalah suatu usaha yang dinamis dan penuh tantangan dalam setiap prosesnya. Pendidikan akan selalu berubah seiring dengan perkembangan jaman. Pendidikan selalu menjadi fokus perhatian seluruh lapisan masyarakat karena pendidikan bukanlah sekedar upaya untuk menjawab setiap tuntutan dan tantangan di masa kini, namun juga upaya untuk menjawab setiap tuntutan dan tantangan di masa depan.
Pendidikan yang utama dan harus diajarkan kepada semua masyarakat adalah baca, tulis dan berhitung atau biasa disingkat dengan CALISTUNG. Mengapa pendidikan tersebut sangatlah penting karena mengingat biaya sekolah yang mahal dan keadaan alam masyarakat yang ada di Indonesia. Suatu negara akan disebut negara maju jika penduduknya bisa menguasai pendidikan terutama calistung.
Makalah ini kami susun untuk mengurai tentang realita pengembangan budaya calistung dalam penyelenggaraan pendidikan untuk semua di Indonesia, unsur – unsur yang terlibat dalam pendidikan untuk semua, pelaksanaan pendidikan untuk semua. Apa yang dimaksud dengan budaya calistung, tujuan, faktor dan pelaku calistung.tak lupa kami membahas tentang bagaimana pengembangan budaya calistung dalam penyelenggaraan pendidilkan untuk semua di Indonesia demi terwujudnya Indonesia yang maju dan berkembang masyarakatnya dimana pun berada.
B.     Tujuan penulisan
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan untuk semua
2.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan budaya calistung
3.      Untuk mengetahui bagaimana pengembangan budaya calistung dalam penyelenggaraan pendidikan untuk semua di Indonesia



BAB II
Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pendidikan untuk semua ?
2.      Apa yang dimaksud dengan budaya calistung ?
3.      Bagaimana pengembangan budaya calistung dalam penyekenggaraan pendidikan untuk semua di Indonesia ?






BAB III
Pembahasan
A.    Pendidikan untuk semua
1.      Penegertian pendidikan untuk semua
Menurut UU no 20 Tahun 2003 Pasal 1 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Konsep dari pendidikan untuk semua adalah pendidikan nasional itu sendiri. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dantanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
        Pendidikan untuk semua yaitu pendidikan yang diperuntukkan bagi seluruh masyarakat di Indonesia.  Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
             Dalam Pasal 31 ayat (1) UUD 1945 menyatakan “Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan.” Oleh karena itu setiap warga Indonesia tanpa terkecuali tanpa membedakan status sosialnya berhak mendapatkan pendidikan.  Setiap warga Negara yang berumur tujuh sampai lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pendidikan dasar di Indonesia adalah wajib belajar 9 tahun, dengan kata lain seluruh warga Negara wajib mendapatkan wajib belajar 9 tahun yaitu pendidikan mulai dari SD sampai SMP. Tetapi pada kenyatannya masih banyak kendala dalam pelaksanaan pendidikan tersebut diantaranya :
1.      Lebih dari 100 juta anak-anak, termasuk setidaknya 60 juta anak-anak, tidak memiliki akses terhadap pendidikan dasar.
2.      Lebih dari 960 juta orang dewasa, dua pertiga di antaranya adalah perempuan yang buta huruf, dan buta huruf adalah masalah yang signifikan di semua negara, termasuk di negara industri dan berkembang.
3.      Lebih dari sepertiga orang dewasa di dunia tidak mendapatkan pengetahuan tertulis, keterampilan, dan teknologi baru yang dapat meningkatkan kualitas hidup mereka dan membantu mereka dalam beradaptasi menghadapi perubahan sosial dan budaya
4.      Lebih dari 100 juta anak-anak dan orang dewasa yang tak terhitung, gagal untuk menyelesaikan program pendidikan dasar.
            Dari pemaparan diatas Dapat disimpulkan bahwa  paradigma pendidikan untuk semua di Indonesia belum berjalan sebagaimana mestinya. Kendala dari penerapan pendidan untuk semua tidak hanya terjadi di Indonesia, akhirnya pada tanggal 5-9 Maret 1990 di Jomtien, Thailand,  115 negara dan 150 organisasi saling bertemu dan mengadakan  Konferensi  Dunia membahas Education for All (EFA) atau Pendidikan Untuk Semua (PUS). Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, perlu koalisi yang luas dari pemerintah nasional, masyarakat sipil kelompok, dan lembaga pembangunan seperti UNESCO dan Bank Dunia. Mereka berkomitmen untuk mencapai enam tujuan pendidikan yaitu:
1.       Memperluas dan meningkatkan perawatan anak usia dini yang komprehensif dan pendidikan, terutama bagi yang paling rentan dan anak-anak yang kurang beruntung.
2.       Memastikan bahwa pada 2015 semua anak, khususnya anak perempuan, yang dalam keadaan sulit, dan mereka yang termasuk etnik minoritas, memiliki akses lengkap dan bebas ke wajib pendidikan dasar yang berkualitas baik.
3.       Memastikan bahwa kebutuhan belajar semua pemuda dan dewasa dipenuhi melalui akses yang adil untuk pembelajaran yang tepat dan program ketrampilan hidup.
4.       Mencapai 50% peningkatan dalam keaksaraan orang dewasa pada tahun 2015, khususnya bagi perempuan, dan akses ke pendidikan dasar dan pendidikan berkelanjutan bagi semua orang dewasa secara adil.
5.       Menghilangkan perbedaan gender pada pendidikan dasar dan menengah pada tahun 2005, dan mencapai kesetaraan gender dalam pendidikan dengan tahun 2015, dengan fokus pada perempuan bahwa mereka dipastikan mendapat akses penuh dan sama ke dalam pendidikan dasar dengan kualitas yang baik.
6.       Meningkatkan semua aspek kualitas pendidikan dan menjamin keunggulan semua sehingga diakui dan diukur hasil pembelajaran yang dicapai oleh semua, khususnya dalam keaksaraan, berhitung dan kecakapan hidup yang esensial.
          Untuk mencapai tujuan Pendidikan Untuk Semua, pemerintah Indonesia dibantu oleh UNICEF dan UNESCO melakukan kegiatan-kegiatan antara lain:
·     Sistem Informasi Pendidikan Berbasis Masyarakat
            UNICEF mendukung langkah-langkah pemerintah Indonesia untuk meningkatkan akses pendidikan dasar melalui Sistem Informasi Pendidikan Berbasis Masyarakat. Sistem ini memungkinkan penelusuran semua anak usia di bawah 18 tahun yang tidak bersekolah.
·     Program Wajib Belajar 9 tahun
Dalam upayanya mencapai tujuan “Pendidikan untuk Semua” pada 2015, pemerintah Indonesia saat ini menekankan pelaksanaan program wajib belajar sembilan tahun bagi seluruh anak Indonesia usia 6 sampai 15 tahun. Dalam hal ini, UNICEF dan UNESCO memberi dukungan teknis dan dana.
·     Program Menciptakan Masyarakat Peduli Pendidikan Anak (CLCC).
Bersama dengan pemerintah daerah, masyarakat dan anak-anak di delapan propinsi di Indonesia, UNICEF mendukung program Menciptakan Masyarakat Peduli Pendidikan Anak (CLCC). Proyek ini berkembang pesat dari 1.326  sekolah pada 2004 menjadi 1.496 pada 2005. Kondisi ini membantu 45.454 guru dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih menantang bagi sekitar 275.078 siswa.

2.      Fungsi pendidikan untuk semua
Fungsi pendidikan untuk semua dalam arti sempit ialah membantu (secara sadar) perkembangan jasmani dan rohani peserta didik. Sedangkan secara arti luas, pendidikan untuk semua mempunyai fungsi sebagai berikut :
a)      Alat membangun pribadi, pengembangan warga Negara, pengembangan kebudayaan, dan pengembangan bangsa indnesia.
b)      Menurut undang-undang RI No 2 Tahun 1989 Bab II Pasal 3 “pendidikan untuk semua/pendiikan nasional mempunyai fungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat bangsaindonsia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional”.
Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan sekolah dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Selain jenjang pendidikan yang telah disebutkan diatas, terdapat satu jenis jenjang pendidikan yang tidak asing lagi yaitu jenjang pendidikan pra sekolah. Pra sekolah merupakan jenjang sebagai persiapan untuk memasuki sekolah dasar.
Setiap jenjang pendidikan terdapat fungsi yang berbeda-beda, antara lain :
a)      Pendidikan pra sekolah
Pendidikan pada jenjang pendidikan ini mempunyai fungsi yaitu meletakkan dasar-dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta. Serta memberikan bekal kemampuan dasar untuk memasuki jenjang sekolah dasar dan mengembangkan diri.
b)      Pendidikan dasar
Pendidikan pada jenjang ini pendidikan mempunyai fungsi yaitu untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat. Selain itu, pendidikan dasar berfungsi unuk mempersiapakan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.
c)      Pendidikan menengah
Pada jenjang ini pendidikan mempunyai fungsi melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapakan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang mempunyai kemampuan mengadakan hubungan timbal balik denagn lingkunagan social, budaya alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.
d)     Pendidikan tinggi
Pada jenjang ini pendidikan mempunyai fungsi yaitu, antara lain :
1.      Meneruskan dan mengembangkan peradapan, ilmu, teknologi, dan seni serta ikut dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya.
2.      Menghasilkan tenaga-tenaga yang berbudi luhur, yang bertakwa kepada Tuhan YME , dan bermoral pancasila.
3.      Menghasilkan tenaga-tenaga pembangun yang terampil, menguasai ilmu dan teknologi sesuai dengan kebutuhan pembangunan.
3. Unsur – unsur yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan untuk semua
Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara indonesia dan untuk itu setiap warga negara indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial,ekonomi,etnis,agama dan gender. Agar dapat  terselenggara dengan baik sistem pendidikan memerlukan keterlibatan banyak aspek diantaranya:
a.       Subyek yang dibimbing ( peserta didik )
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya.
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:
1.      Individu yang sedang berkembang.
2.      Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
3.      Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
b.      Orang yang membimbing ( pendidik )
Yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkunga yaitu lingkungankeluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masayarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat.
c.       Interaksi antara peserta didik dengan pendidik ( interaksi edukatif )
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat pendidikan.
d.      Materi pendidikan
Materi pendidikan adalah  pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar,serta tercapainya indikator.
e.       Cara yang digunakan dalam bimbingan ( alat dan metode )
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara khusus alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya.
f.       Tempat dimana bimbingan berlangsung ( lingkungan pendidikan )
Lingkungan pendidikan merupakan tempat dimana proses bimbingan berlangsung dan biasanya disebut tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

4.      Pelaksaan pendidikan untuk semua
Pendidikan yang menghasilkan manusia yang siap memasuki masyarakat dengan segala tuntutan dan karakternya, maka pendidikan tersebut dapat dikatakan berhasil dalam memberikan bekal kepada generasi muda untuk memasuki perubahan dan masa depan. Dan karena pendidikan merupakan salah satu harapan masyarakat yang diyakini bisa menumbuhkan sikap moral yang baik atau dalam sisi pragmatisnya bisa digunakan untuk mencari kesejahteraan.
Redjo Mudyahardjo mengemukakan bahwa teori pendidikan adalan sebuah system konsep yang terpadu, emnerangkan dan prediktif tentang peristiwa-peristiwa pendidikan. Sebuah teori ada yang berperan sebagai asumsi atau titik tolak pemikiran pendidikan, dan ada pula yang berperan sebagai definisi atau keterangan yang menyatakan makna. Asumsi pokok pendidikan adalah :
1.      Pendidikan adalah actual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi actual dari individu yang belajar dan lingkungan belajaranya.
2.       Pendidikan adalah normative, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yang baik atau norma-norma yang baik.
3.      Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan yang bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan
Teori yang digambarkan sebagai suatu konsep merupakan dasar bagi sebagaian masyarakat ataupun pendidik digunakan untuk pegangang dalam mengambil suatu strategi bagi masalah yang akan dihadapi sebagai seorang pengajar ataupun masyarakat biasa. 
Dalam pendidikan, teori-teori yang ada kaitanya dengan pendidikan dipakai untuk para pendidik sebagai suatu peggangan untuk mengatasi masalah-masalah yang ada di dalam kelas ataupun luar kelas yang mana tetap mengenai  masalah-masalah peserta didik dalam melaksanakan proses belajar mengajarnya. Tidak hanya peserta didik, namun pendidik juga dituntut untuk mengerti dan memahami teori apa saja yang cocok dalam mengatasi segala problematika di kelas ataupun diluar kelas. 
Pendidikan sepanjang hayat (long life education) mestinya menjadi komitmen kita bersama dalam menyiapkan generasi masa depan Indonesia dengan lebih baik agar menjadikan insan Indonesia yang cerdas dan berdaya saing tinggi sesuai dengan visi Departemen Pendidikan Nasional. Penegasan UUD 45 tentang perlunya disediakan dana minimal 20% dari APBN untuk pembiayaan pendidikan memerlukan kemampuan manejerial dan kinerja yang memadai untuk merealisasikannya. Tantangan ini perlu disahuti dengan pembenahan manajemen dan peningkatan kinerja seluruh pelaku pendidikan dari tingkat pusat hingga daerah.
Pendidikan untuk Semua atau Education for All merupakan komitmen internasional seluruh anggota PBB (UNESCO) dalam memberikan pelayanan pendidikan untuk semua. Kerangka Aksi Pendidikan Untuk S     emua disepakati di Dakar, Senegal pada tahun 2000. Komitmen ini merupakan kelanjutan dari kesepakatan sebelumnya di Jomtien, Thailand pada tahun 1990 dan di Amman, Jordania pada tahun 1996. 
Indonesia telah mengalami kemajuan di bidang pendidikan dasar dalam 20 tahun terakhir ini. Terbukti rasio bersih anak usia 7-12 tahun yang bersekolah mencapai 94 persen. Tapi Indonesia tetap belum berhasil memberikan jaminan hak atas pendidikan bagi semua anak. Apalagi, masih banyak masalah yang harus dihadapi, masalah tersebut antara lain:
o   Anak yang putus sekolah diperkirakan masih ada dua juta anak.
o   Kualifikasi guru yang masih kurang.
Metode pengajaran yang tidak efektif. Yaitu masih berorientasi kepada guru dan anak didik tidak diberi kesempatan memahami sendiri.
o   Manajemen sekolah yang buruk.
o   Kurangnya keterlibatan masyarakat.
Kurangnya akses pengembangan dan pembelajaran usia dini bagi sebagian besar anak usia 3 sampai 6 tahun terutama anak-anak yang tinggal di pedalaman dan pedesaan.
o   Alokasi anggaran dari pemerintah daerah dan pusat yang tidak memadai.
o   Biaya pendidikan yang tinggi.
          
B.     Budaya calistung
1.      Pengertian budaya calistung
Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tetang Sisterm Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa budaya pendidikan adalah budaya membaca, menulis dan berhitung (calistung). Setiap awal tahun ajaran para guru sudah menerapkan budaya ini dalam bentuk perencanaan pembelajaran (kurikulum operasional) yang akan dilaksanakan selama satu tahun ajaran. Penerapan budaya ini misalnya dalam penyusunan program tahunan, program semester, silabus dan penilaian, serta rencana pelaksanaan pembelajara RPP. Budaya membaca, menulis dan berhitung merupakan suatu komponen yang penting dalam berjalannya proses belajar mengajar dalam  pendidikan. Jika dijabarkan budaya Calistung tersebut mempunyai pengertian sendiri.
Budaya membaca sangat digalakkan dalam kehidupan kerana berupaya membangunkan masyarakat dari segi intelektual dan membenluk pemikiran kreatif. Tidak hairanlah jika ungkapan membaca jambatan ilmu sering diguna untuk menunjukkan betapa pentingnya amalan membaca dalam mencari ilmu. Menurut Mohd Zubil (1997), bagi mewujudkan budaya masyarakat yang suka membaca, masyarakat itu sendiri perlu mempunyai nilai suka kepada ilmu pengetahuan di dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Membaca merupakan keterampilan yang dituntut oleh banyak orang tua agar dikuasai anak sedini mungkin. Namun membaca ini sendiri memiliki tahapan yang harus dilalui anak seiring perkembangan usianya.
Selain budaya membaca,budaya menulis juga memiliki arti sendiri. Budaya menulis pada dasarnya adalah budaya yang sudah ada sejak zaman prasejarah, dan kita sebagai generasi muda di negeri ini harus bisa meningkatkan dan mengembangkan budaya tersebut agar tercipta generasi muda yang cerdas dan kreatif. Dalam bahasa Inggris, "writing" itu sendiri pada hakekatnya merujuk kepada dua hal, yaitu sebagai kata benda (tulisan) dan sebagai kata kerja (menulis). Kegiatan menulis yang kemudian menghasilkan tulisan adalah proses pembentukan kata-kata pada sebuah media, sehingga lahirlah teks-teks. budaya menulis perlu dikembangkan, bukan hanya sejak seseorang masuk ke perguraun tinggi, melainkan secara ekstrim bahkan sedini mungkin, yakni sejak seorang anak mengerti tentang baca-tulis. Budaya menulis dan membaca sangat membantu proses belajar dan mengajar di sekolah pada khususnya, dan di masyarakat pada umumnya. Kita belajar untuk menjadi pandai tidak lepas dari kegiatan membaca dan menulis, meskipun banyak metode lain yang juga bisa digunakan agar seseorang menjadi pandai dan cerdas. Melalui tulisan lah kita bisa memberikan sumbangan kepada perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, dan sebagainya demi peningkatan kesejahteran hidup masyarakat. Pada era teknologi informasi yang maju pesat dewasa ini pun tulisan tetap merupakan media komunikasi yang diandalkan. Bdaya menulis merupakan suatu kebiasaan untuk menyampaikan pesan, menyampaikan pendapat dan membuat dokumentasi. Budaya menulis bahkan sangat membantu memperlancar hubungan dan interaksi sosial antar-individu dan kelompok masyarakat, sehingga akan dapat memperlancar hubungan kerjasama dalam menyelesaikan segala persoalan, termasuk bahkan menyelesaikan sengketa antar-bangsa.
Selain budaya membaca dan menulis, budaya berhitung juga sangat penting adanya.Berhitung merupakan salah satu kegiatan matematika dan menjadi dasar bagi kegiatan matematika selanjutnya. Berhitung juga erat kaitannya dengan aktivitas kehidupan sehari-hari yang akan dijalani anak. Karenanya berhitung ini perlu diajarkan sedini mungkin dengan metode yang tepat. Dari beberapa uraian tentang membaca,menulis dan berhitung, ke tiga komponen tersebut telah menjadi budaya yang saling berkaitan yaitu budaya Calistung yang merupakan budaya pendidikan yang menjadi bahan utama dan melekat pada pendidikan.
2.   Tujuan diselenggarakan budaya calistung
Tugas utama seorang guru adalah membelajarkan siswa , ini berarti bahwa guru bertindak mengajar maka di harapkan siswa dapat belajar namun adakalanya di dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah sering di temukan masalah masalah yang berkenaan dengan belajar yang di alami oleh siswa tersebut.
Siswa akan berhasil dalam proses belajar apabila siswa tersebut tidak memiliki masalah yang dapat mempengaruhi proses belajar nya . jika terdapat siswa yang mengalami masalah dan permasalahan siswa tersebut tidak di temukan solusinya maka siswa akan mengalami kegagalan atau kesulitan belajar yang dapat mengakibatkan rendah nya prestasi belajar atau tidak dapat melanjutkan belajar .salah satu keputusan penting untuk mengajar adalah memutuskan tujuan intruksional apakah yang harus di pelajari ? dengan memulai memperhatikan tingkat kesulitan. Karena itu merupakan sesuatu yang penting dalam program pengajaran di mana kita harus mempertimbangkan tingkah laku siswa dan apa yang harus mereka lakukan untuk belajar seperti membaca ,menulis,berhitung (CALISTUNG), ataupun mengarang .

CALISTUNG adalah singkatan dari membaca, menulis, dan berhitung. Calistung adalah  tahapan dasar orang bisa mengenal huruf dan angka. Banyak pakar menganggap penting calistung untukmempermudah komunikasi dalam bentuk bahasa tulis dan angka. Umumnya belajar calistung ini banyak disampaikan di pendidikan formal, yaitu sekolah.
Fenomena muncul ketika ada masyarakat yang ternyata belum bisa mengenyam sekolah. Mereka tahu huruf-huruf dan angka tapi tidak bisa membaca. Mereka tahu uang tapi tidak bisa menghitungnya. Tahap-tahap pengenalan inilah yang mulai banyak dikaji dan dikembangkan dalam pengembangan metode calistung atau literasi dengan Membaca dan menulis memungkinkan anak mampu menyerap dan menyampaikan segala informasi yang diterimanya. Sementara itu, menghitung memungkinkan anak lebih mampu mengembangkan aspek logika berpikir, terutama memaksimalkan fungsi belahan otak kirinya.Banyak praktik di PAUD, demi mengejar kemampuan baca-tulis-hitung (calistung), guru sering menggunakan teknik hafalan dan latihan yang mengandalkan kemampuan kognitif, abstrak dan tidak terkait langsung dengan kehidupan anak. Akibatnya, kepentingan anak terkalahkan oleh tugas-tugas skolastik yang semestinya belum saatnya Fenomena seperti ini,  sangat keliru. Hal ini akan membuat anak sulit memahami sesuatu, misalnya bacaan, ketika memasuki tahapan perkembangan selanjutnya.
3. Pelaku calistung
Budaya membaca, menulis dan berhitung sangatlah penting. Salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan adalah pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan budaya membaca, menulis dan menghitung bagi segenap warga masyarakat. Dari prinsip tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaku calistung pada umumnya adalah seluruh warga negara Indonesia tetapi  secara khusus masyarakat yang wajib mendapatkan pengajaran membaca, menulis dan berhitung adalah anak usia wajib belajar yaitu usia tujuh sampai lima belas tahun. Seperti yang dijelaskan dalam UU sisdiknas tahun 2003 bahwa setiap warga Negara yang berumur tujuh sampai lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Usia ini merupakan usia sekolah dasar sampai usia sekolah menengah atas. Di Indonesia terdapat pro-kontra tentang pelaksanaan calistung. Masalah ini disebabkan adanya tes calistung untuk masuk SD.  Pada dasarnya pembelajaran calistung tidak diperkenankan untuk usia PAUD dan TK. Anak usia tersebut perkembangan otak anak-anak itu belum sempurna, otak mereka baru siap menerima hal-hal kognitif pada usia 7-8 th. Sebelum usia itu, dunia mereka yg pantas adalah hanya bermain, bermain dan bermain.

4.      Faktor – faktor yang mempengaruhi budaya calistung
Secara umum faktor – faktor yang mempengaruhi proses calistung dibedakan atas dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Ketdua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas belajar.
1)      Faktor internal
Faktor internal adalah faktor - faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri dan mempengaruhi calistung individu. Faktor – faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis
a.       Faktor fisiologis
Faktor fisiologis adalah faktor – faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor – faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan kesehatan jasmani. Kedaan kesehatan jasmani juga mempengaruhi proses pembelajaran. Jika kondisi jasmani siswa yang sedang belajar sehat maka bisa di pastikan bahwa siswa mampu menerima pelajaran dengan baik. Namun sebaliknya, jika keadaan jasmani siswa dalam kkondisi tidak baik maka bisa dipastikan juga bahwa siswa kurang mampu menerima pelajaran yang diberikan.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis selama proses pembelajaran berlangsung, peran fungsi fisiologis dalam tubuh manusia sangat mempengaruhi calistung. Jika fungsi panca indera dan tubuh terutama tangan dapat berfungsi maka proses pembelajaran bisa diterima dengan baik.
b.      Faktor psikologis
Faktor – faktor psikologis adalah keadaan kejiwaan seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa ,motivasi, minat, sikap dan bakat.
2)      Faktor eksternal
Selain faktor internal adapula faktor eksternal yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Ada beberapa faktor eksternal yang yang mempengaruhi hasil pembelajaran, yaitu faktor sosial dan non sosial.
o   Lingkungan sosial
Lingkungan sosial juga dibedakan menjadi dua, yaitu liknkungan sosial sekolah dan masyarakat. Likungan sosial sekolah contohnya guru, adminitrasi dan teman – teman sekolah. Ketiganya harus terhubung dengan harmonis agar menciptakan calistung yang baik. Lingkungan masyarakat, kondisi lingkungan masyarakata dimana siswa tinggala itu juga mempengaruhi proses pembelajaran. Apakah lingkungan masyarakatnya mendukung dalam proses pembelajaran atau tidak. Lingkungan keluarga juga mempengaruhi calistung karena inilah faktor utama jika ingin mendapatkan calistung yang baik. Karena dikeluarga lah awal mula anak mendapatkan pendidikan dan motivasi dalam belajar. Faktor ekonomi keluarga juga sangat mempengaruhi, karena seperti kita tau bahwa bila kita ingin mendapatkan pendidikan yang lebih baik, maka kita juga harus membayar mahal.
o   Lingkungan non sosial
Faktor – faktor yang termasuk non sosial dalah gedung sekolah dan rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat – alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran. Faktor – faktor ini dipandang bisa menjadi penentu keberhasilan proses pembelajaran.

C.    Pengembangan budaya calistung dalam penyelenggaraan pendidikan untuk semua di Indonesia
 Budaya Calistung adalah budaya pendidikan yang wajib diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia, terutama usia wajib belajar 9 tahun. Tingkat pemerataan pendidikan di Indonesia sudah mengalami peningkatan, buktinya Indonesia ikut serta dalam program Pendidikan untuk Semua(PUS). Dalam perkembangannya budaya Calistung diterapkan tidak hanya untuk anak usia 7-15 tahun seperti yang di jelaskan dalam UU sisdiknas tahun 2003 bahwa setiap warga Negara yang berumur tujuh sampai lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Untuk daerah pelosok banyak guru yang diutus untuk mengajar di daerah 3 T yaitu daerah terjauh, terpencil, dan terluar dengan gaji yang menjajikan, serta banyak masyarakat yang mempunyai hati nurani yang baik yang bersedia membantu masyarakat sekitarnya yang buta aksara dengan memberikan pendidikan gratis untuk mengajarkan calistung.
Tapi dalam penyelenggaraannya di Indonesia anak usia di bawah tujuh tahun atau anak-anak usia dini sudah di ajarkan Calistung. Hal ini bertentangan dengan kebijakan pemerintah tentang larangan tes Calistung untuk ujian masuk SD. Pengajaran Calistung di PAUD di Indonesia saat ini menjadi Pro dan Kontra. Kontra ini terjadi karena adanya UU yang mengatur bahwa calistung tidak bisa dijadikan syarat untuk masuk sekolah dasar, yaitu 
Pasal 69
(5) Penerimaan peserta didik kelas 1 (satu) SD/MI atau bentuk lain yang sederajat tidak didasarkan pada hasil tes kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, atau bentuk tes lain.

Pasal 70
(1)        Dalam hal jumlah calon peserta didik melebihi daya tampung satuan pendidikan, maka pemilihan peserta didik pada SD/MI berdasarkan pada usia calon peserta didik dengan prioritas dari yang paling tua.
(2)        Jika usia calon peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sama, maka penentuanpeserta didik didasarkan pada jarak tempat tinggal calon peserta didik yang paling dekat dengan satuan pendidikan.
(3) Jika usia dan/atau jarak tempat tinggal calon peserta didik dengan satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sama, maka peserta didik yang mendaftar lebih awal diprioritaskan.
            Sedangkan yang pro adalah masyarakat kalangan menengah ke atas yang mampu menyekolahkan anaknya di usia anak yang sedini mungkin sehingga bisa calistung sebelum masuk ke sekolah dasar.



BAB IV
Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan penjabaran di atas dapat di simpulkan bahwa pendidikan semua di Indonesia  sudah mulai tercapai meskipun belum sepenuhnya, karena masih banyak suku – suku pedalaman yang belum paham tentang makna pendidikan. Bagi masyarakat yang tinggal di daerah tepian atau pinggiran pemerintah sudah menyiapkan para guru yang siap mengabdi masyarakat, serta banyaknya masyarakat yang peduli pada sesama. Semakin berkembangnya jaman semakin banyak orang yang menyadari betapa pentingnya pedidikan terutama pendidikan yang sangat bmendasar yaitu baca, tulis, dan hitung atau di singkat dengan CALISTUNG. Calistung banyak digunakan di kehidupan sehari – hari terutama untuk mendapatkan informasi. Pemerintah pun sudah banyak melakukan usaha demi tercapainya pendidikan untuk semua, seperti sekolah gratis, perpustakaan gratis, yayasan dan orang – orang  yang peduli pada bangsanya juga ikut melakukan kegiatan yang hampir sama dengan pemerintah. Untuk orang dewasa yang belum bisa calistung pun akan di ajarkan supaya mereka bisa calistung.
Beberapa saat yang lalu memang calistung mengundang pro dan kontra, dikarenakan calon siswa sekolah dasar harus bisa calistung dan ini bertentangan dengan UU pasal 69 ayat 5 dan 70 ayat 1 – 3. Memang tidak semua anak – anak mudah mempelajari calistung, apalagi anak – anak yang kurang mampu.

Saran
Semoga program – program pemerintah yang guna untuk tercapainya pendidikan untuk semua tercapai dan terus bertahan, mungkin bisa di tingkatkan lagi. Mengingat jumlah kelulusan keguruan lumayan sangat banyak, jadi ini bisa dijadikan salah satu cara untuk terwujudnya pendidikan untuk semua di Indonesia secara merata.



DAFTAR PUSTAKA
YLPP/PPLP PGRI pusat.2011.Pendidikan Sejarah dan Jati Diri PGRI.Jakarta:YPLP/PPLP  PGRI pusat.
Ihsan,Fuad,Drs. H.2011.Dasar –dasar Kepedidikan.Jakarta:Rineka Cipta